Dua Tujuh Enol Sembilan Dua Ribu Empat Belas
pukul enam titik dua tujuh pagi waktu Jogja.
Hari ini seperti terlahir kembali. Tiba-tiba terbangun oleh suara mba Asna(nama sebenarnya tanpa rekayasa). Ternyata setelah kutanya balik orang yang disebut tadi tidak merasa pernah membangunkanku dari bobok cantikku. HAAAAAA...!! Siapa orang yang telah membangunkanku. Ah, pasti seperti seperti yang yang yang sudah-sudah-sudah. Kata sudah yang terlalu alay kusebut sampai tiga kali merupakan efek yang sangat wajar dari pengulangan yang sering terjadi beberapa bulan ini. Beberapa mimpi tumpang tindih saling menindih di tidurku (Hahaha, bahasa turun dari mana itu pulak tumpang tindih saling menindih). Seringnya, bangun tidur adalah suatu awal disebuah hari yang seperti telah kulewati seharian di alam mimpi. Bayangkan saja apa jadinya. Bangun tidur adalah telah melakukan semuanya, tetapi secara sadarnya kamu belum ngelakuin apapun di hari itu. Apapun itu, kenyataan atau sedang bermimpi, atau mimpi di atas mimpi, atau mimpi diatasnya mimpi diatasnya mimpi lagi, dan bla-bla-bla, semua itu harus disyukuri. Setidaknya bersyukur bahwa hari ini kamu "Hani" masih diberikan kesempatan oleh Sang Penguasa Waktu untuk membuka mata dan menyadari nafas masih berhembus serta nadi yang masih berdetak.
Kadang kebahagian membuka mata untuk mensyukuri semua itu tidak serta merta disadari. Pagi ini ketika pukul 02.00 dini hari tadi pun melewatkan momen mensyukuri itu. Baru kudefinisikan setelah beberapa jam kemudian dengan kondisiku yang sesadar-sadarnya. Berasa seperti terlahir kembali karena beberapa hari terakhir sering berasa di alam mimpi ternyata telah benar-benar sadar.
Kejadian yang segera menyadarkanku dari bangunku yang dibangunkan oleh mba Asna (yang ternyata bangun sendiri) adalah saat mba Asna tiba-tiba datang ke kamarku. Dia mengobrol bahwa ada seorang laki-laki yang duduk di depan rumah ini sambil mengucapkan salam. Sontak akupun kaget. Malam-malam begini, pukul DUA dini hari ada seorang lelaki duduk di depan rumah. Sontak ceritanya itu membuat pikiranku langsung bekerja. Lelaki di depan rumaah? dini hari? Apa yang kan dilakukannya? Apakah ada orang gila nyasar? Berani sekali membuka pintu gerbang yang tinggi itu?
Kutepis fikiran negatif, lalu segera aku turun ke lantai bawah bersama mba Asna. Takut-takut kami menuruni tangga. Kemudian aku sengaja memanggil salah seorang personil rumah ini yang lain untuk memastikan bahwa orang di luar pintu itu bisa mendengar. Dan TIDAK GILA atau berbahaya.
Benar Saja.
Orang di luar pintu tadi mendengar suaraku ketika memanggil nama "Mila". Lalu orang itu mengetuk pintu dan mengucapkan salam dengan suara lirih. Aku pun dengan suara lantang dan penuh sikap waspada membalasnya dengan ucapan "Siapa??". Ternyata sosok lelaki di luar pintu adalah mas Bona. Hahahahaahaha. Baru inget ternyata mas Bona(sepupu Mila) jadi dateng ke rumah. Berita yang kudengar terakhir, mas Bona nggak jadi kerumah. Tapi nyatanya dateng jam 1 malem. Dan baru dibukain pintu sama kita (ak sama mba Asna) jam dua lebih seperempat. Kudengar, sudah satu jam mas Bona berada di depan rumah. Hahaha. Enam puluh menit bukanlah waktu yang singkat kan? Berada di luar rumah dini hari pula. Hahaha (ketawa kepingkel2).
Kejadian setelah itu adalah semua kembali tidur. Namun aku memilih merebus air dan membuat sesuatu yang manis dan pahit. Kubuat teh hangat untuk menyegarkan kerongkongan dan menghangatkan tubuh. Berasa sehat banget setelah sebelumnya minum air putih. Lanjut kubawa ke kamar (secangkir teh loh yaa). Berkutat di depan netbook. Baca sana sini, belum nemu ide untuk ditulis lagi. Waktu pagi memang waktu yang berlalu lebih cepat dari waktu-waktu yang lain. (Mungkin cuman perasaanku aja, hahaha, ciyeee bawa-bawa perasaan, ciyeee nulisnya tambah geje, haha). Adzan Subuh berkumandang.
Kuputuskan untuk membangunkan semua penghuni rumah yang berjumlah 5 orang, ditambah satu orang temennya Mila, dan satu orang mas Bona. Hanya berhasil membangunkan 5 orang. Resti nggak jadi bangun, padahal udah dibangunin. Kita ber-empat (aku, Mila, Mba Asna, Ivada) sholat subuh berjamaah kemudian. Perasaan yang menyenangkan beribadah sholat shubuh secara berjamaah. Seperti terlahir kembali dengan syukur yang dicarger penuh. Alhamdulillah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar